Tugas Business Ethics
Etika dan Lingkungan
Buku: Etika Bisnis, Konsep dan Kasus
Penulis: Manuel G. Velasquez
Meningkatnya
teknologi, industry, dan peradaban manusia, mengakibatkan munculnya
kencenderungan yang pada ahirnya akan mempengaruhi keseluruhan ekosistem di
bumi, yaitu; meningkatnya populasi, penurunan tabel air, berkurangnnya lahan
pertanian per individu, berkurangnya wilayah perikanak, penyusustan hutan, dan
punahnya sejumlah spesies tanaman dan hewan. Kerusakan lingkungan berasal dari
dua sumber: polusi dan penyusutan sumber daya.
A.
DIMENSI POLUSI DAN PENYUSUTAN
SUMBER DAYA
Polusi Udara
Polusi mengacu pada kontaminasi
yang tidak diinginkan terhadap lingkungan oleh pembuatan atau penggunaan
komoditas. Adanya pemanasan global, hujan asam, dan banyak gas-gas beracun di
udaraa yang dapat menimbulkan berbagai racun di bumi.
Polusi Air
Saat ini lebih dari satu juta
orang tidak memiliki akses untuk air sehat, terutapa pada negara-negara miskin.
Ada beberapa faktor yang terkait dengan menurunnya persediaan air. Kenaikan
populasi dan aktifitas ekonomi menambah permintaaan terhadap sumber air bersih.
Polusi Tanah
Limbah padat contohnya adalah
sampah rumah tangga yang semakin banyak jumlahnya tidak sebanding dengan
fasilitas untuk menanganinya. Belum lagi limbah padat berbahaya yang dihasilkan
dari industri kimia dan perminyakan, bahkan limbah nuklir.
Penyusutan Spesies dan Habitat
Manusia menyebabkan punahnya
ribuan spesies binatang dan tumbuhan begitu pula dengan semakn sedikitnya
jumlah habitat hutan yang hilang karena digunduli oleh industri kayu, dan
dijadikan permukiman.
Penyusutan Bahan Bakar Fosil
Penggunaan bahan bakar fosil
meningkat terus sedangkan ketersediaannya semakin menipis.
Penyusutan Mineral
Seperti halnya bahan bakar
fosil, kondisi mineral yang tersedia pun semakin sedikit disbanding dengan
penggunannya yang semakin banyak. Ketersediaan bahan-bahan pengganti bahan
bakar fosil dan mineral pun terbatas, sehingga hanya dapat menunda sebentar
habisnya ketersediaan bahan bakar fosil dan mineral.
B.
ETIKA PENGENDALIAN POLUSI
Tidak adanya upaya pengeendalian
polusi dikarenakan para pelakunya para pelaku bisnis menganggap udara dan
air itu barang gratis,
dan melihat lingkungan sebagai barang tak terbatas.
Etika Ekologi
Etika
ekologi adalah sebuah etika yang mengklaim bahwa kesejahteraan dari
bagian-bagian non-manusia di bumi ini secara intrinsik memiliki nilai
tersendiri dan bahwa, karena adanya nilai intrinsik ini, kita manusia memiliki
tugas untuk menghargai dan mempertahankannya. Namun hingga kini untuk memperluas hak-hak moral terhadap
hal-hal non-manusia masih sangat kontroversial. Untuk hal tersebut dibutuhkan
pendekatan lagi dalam menghadapi masalah lingkungan yang berdasarkan hak-hak
asasi manusia maupun pertimbangan utilitarian.
Hak
Lingkungan dan Pembatasan Mutlak
Menurut
William T. Blackstone, lingkungan yang nyaman bukanlah sesuatu yang kita semua
inginkan, melaikan sesuatu dimana yang lain berkewajiban untuk memungkinkan
kita semua memilikinya. Dalam pendapat Blackstone, ia gagal memberikan petunjuk tentang sejumlah pilihan
yang cukup berat mengenai lingkungan kaitannya dengan hak atas
properti.
Utilitarianisme
dan Pengendalian Parsial
Pendekatan
utilitarian menyatakan bahwa seseorang perlu berusaha menghindari polusi karena
dia juga tidak ingin merugikan kesejahteraan masyarakat.
Biaya
Pribadi dan Biaya Sosial
Ketika
suatu perusahaan mencemari lingkungan maka biaya pribadi selalu lebih kecil
dibanding dengan biaya social totalnya. Dikarenakan alokasi sumber daya di
pasar-pasar tidak memperhitungkan semua biaya adalah tidak optimal, apabila
biaya eksternal tidak dihitung oleh produsen, maka mereka cenderung
mengabaikannya dan tidak berusaha meminimalkannya, dan saat proses produksi
sebuah komoditas membebankan biaya eksternal kepada pihak ketiga, maka
barang-barang tidak lagi didistribusikan secara efisien kepada konsumen.
Polusi
membebankan biaya eksternal, dan hal ini selanjutnya berarti biaya-biaya
produksi (biaya pribadi atau internal) lebih kecil dibandingkan biaya sosial.
Akibatnya, pasar tidak menetapkan disiplin optimal pada produsen, dan hasilnya adalah penurunan utilitas
sosial. Jadi, polusi lingkungan merupakan suatu pelanggaran atas
prinsip-prinsip utilitarian yang merupkan dasar sistem pasar.
Penyelesaian:
Tugas-Tugas Perusahaan
Penyelesaian
untuk masalah biaya eksternal, jika
menurut
utilitarian yang dapat
dilakukan dengan memasukkan biaya polusi atau pencemaran ke dalam
perhitungan,sehingga
biaya-biaya ini ditanggung oleh produsen dan diperhitungkan untuk
menentukan harga komoditas mereka. Ada beberapa cara untuk menginternalisasi biaya eksternal
polusi, yaitu meminta pihak yang menyebabkan polusi untuk membayar ganti rugi
secara suka rela atau secara hukum kepada pihak-pihak yang dirugikan, serta mewajibkan
perusahaan yang menjadi sumber polusi untuk menghentikan polusi dengan memasang
alat indicator pengendali polusi.
Keadilan
Dengan
adanya pandangan keadilan retributive dan keadilan kompensatif, maka muncul biaya
pengendalian polusi harus ditanggung oleh pihak yang menyebabkan polisi dan yang
memperoleh keuntungan darinya, serta keuntungan pengendalian polisi wajib
diberikan kepada pihak-pihak yang menanggung biaya eksternal polusi.
Biaya dan
Keuntungan
Thomas
Klein memberikan ringkasan prosedur analisis biaya-keuntungan dengan mengidentifikasi
biaya dan keuntungan,
mengevaluasi
biaya dan keuntungan,
dan menambahkan biaya dan keuntungan
Ekologi Sosial,
Ekofeminisme, dan Kewajiban untuk Memelihara
Ekologi
sosial,merupakan krisis lingkungan yang kita hadapi sekarang ini berakar dalam
sistem-sistem hierarki dan dominasi sosial yang menjadi karakteristik masyarakat,
jika pola-pola hirarki dan dominasi sosial ini belum berubah maka kita tidak
akan bisa menghadapi krisis lingkungan. Ekofeminisme digambarkan sebagai dimana
terdapat beberapa hubungan penting (historis, eksperensial,
simbolis,teoritis)antara dominasi atas kaum perempuan dan dominasi atas alam,
sebuah pemahaman yang sangat penting
baik bagi etika feminism ataupun etika lingkungan.
C.
ETIKA KONSERVASI SUMBER DAYA
YANG BISA HABIS
Konservasi sebagian
besar mengacu pada masa depan: kebutuhan untuk membatasi konsumsi saat ini agar
cukup untuk besok. Konservasi
lebih tepat diterapkan pada masalah-masalah penyusutan sumber daya dibandingkan
polusi.
D.
THE OK TEDI COPPER MINE
Pertambangan
Ok Tedi di Papua Nugini menjadi salah satu contoh terjadinya pembuangan limbah
pertambangan yang tidak bertanggung jawab. BHP Billiton, pemegang 52% saham di
pertambangan Ok Tedi dituntut oleh 13.000 warga desa yang merasa dirugikan atas
bencana lingkungan di sekitar pertambangan. Karena sejumlah
kelompok etnis kecil, tergantung pada jasa ekosistem lokal untuk makanan, bahan
bakar , dan perumahan , namun
malah ekosistemnya tercemar oleh tailing dan batuan sisa dari
pertambangan skala besar.
Secara
keseluruhan OK Tedi Mining Copper memberian dampak yang luas bagi sosial
, ekonomi , dan budaya.
Kurangnya transparasi dalam laporan dan proyek penanggulangan dampak lingkungan
yang di hasilkan oleh pertambangan ini, menjadikan penanganan dampak ini kurang
relevan dengan yang terjadi di lapangan.
Banyak
dilakukan program untuk menangani kerusakan lingkungan ini, namun hanya sebatas
dampaak fisiknya itupun tidak bisa langsung teratasi. Kemudian dampak bagi
social dan budaya akibat limbah yang menghancurkan ekosistem, bahkan sumber
makanan bagi orang-orang sekitar. Oleh karena itu di dalam pelaksanaan pengkajian lingkungan tidak
hanya ada niat baik dan pengetahuan
yang cukup untuk menghasilkan penilaian yang
baik . Selain itu, perlu ada hubungan yang kuat dengan orang-orang yang
memiliki pengetahuan lokal dan dengan para pengambil keputusan di pemerintahan
di sektor swasta . Jika tidak, penilaian yang baik bisa menjadi tidak relevan.
No comments:
Post a Comment