Saturday, December 21, 2013

Resume Business Ethics - Good Corporate Governance & CSR


              

Tugas Business Ethics 
Good Corporate Governance
and
Corporate Social Responsibility



Good Corporate Governance digunakan untuk meningkatkan praktek tata kelola usaha agar dapat memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
A.      GOOD CORPORATE GOVERNANCE
                Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang kepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.
Tujuan Penerapan Good Corporate Governance
1.       Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan penerapan prinsipprinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan
2.       Terlaksananya pengelolaan perusahaan secara profesional dan mandiri
3.       Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh organ perusahaan yang didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
4.       Terlaksananya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholders
5.       Meningkatkan iklim investasi nasional yang kondusif, khususnya di bidang energy dan Petrokimia

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
1.       Transparency (keterbukaan informasi)
2.       Accountability (akuntabilitas)
3.       Responsibility (pertanggung jawaban)
4.       Independency (kemandirian)
5.       Fairness (kesetaraan da kewajaran)

Manfaat dan Faktor Penerapan Good Corporate Governance
                Manfaat dan factor penerapan GCG dapat mengurangi agency cost, mengurangi biaya modal (cost of capital), meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang, dan menciptakan dukungan para stakeholder.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Good Corporate Governance
1.       Faktor Eksternal : sistem hukum yang baik, dukungan dari pemerintah, serta adanya benchmark
2.       Faktor Internal : mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan, peraturan perusahaan yang sesuai dengan GCG, menejemen resiko yang sesuai dengan GCG, adanya system audit, dan keterbukaaninformasi bagi public.

B.      CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
                Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap satu issue tertentu di masyarakat atau lingkungan untuk dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik.  CSR digunakan untuk meningkatkan citra perusahaan yang akan menjadi asset yang sangat berharga bagi perusahaan dalam menjaga keberlangsungan perusahaan ketika mengalami krisis
Lima Pilar Aktivitas Coprorate Social Responsibility dari Prince of Wales International Bussiness Forum
1.       Building Human Capital
2.       Strengthening Economies
3.       Assessing Social Chesion
4.       Encouraging Good Governence
5.       Protecting The Environment
Bentuk Program Corporate Social Responsibility
                Kotler dalam buku “Corporate Social Responsibility : Doing The Most Good for Your Company” (2005) menyebutkan beberapa bentuk program Corporate Social Responsibility yang dapat dipilih, antara lain:
1.       Cause Promotions, meningkatkan awareness dan concern masyarakat terhadap satu issue tertentu, bahkan mengajak perusahaan lain untuk bekerja sama juga.
2.       Cause-Related Marketing, Setiap barang yang terjual, maka sekian persen akan didonasikan.
3.       Corporate Social Marketing, perusahaan bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat (behavioral changes).
4.       Corporate Philanthrophy, perusahaan memberikan kontribusi/sumbangan secara langsung dalam bentuk dana, jasa atau alat kepada pihak yang membutuhkan baik itu lembaga, perorangan ataupun kelompok tertentu.
5.       Corporate Volunteering, mengajak karyawan untuk mengkontribusikan waktu dan tenaganya.

Keuntungan Melakukan Program Corporate Social Responsibility
a.       Meningkatkan reputasi dan image perusahaan
b.      Mendapatkan sosial licence to operate
c.       Mengurangi Resiko Bisnis Perusahaan
d.      Melebarkan Akses Sumber Daya
e.      Membentangkan Akses Menuju Market
f.        Mereduksi Biaya
g.       Memperbaiki Hubungan dengan Stakehoder
h.      Memperbaiki Hubungan dengan Regulator
i.         Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
j.        Peluang Mendapatkan Penghargaan

C.      CASE PICO KOREA LTD
                Pico merupakan perusahaan yang bergerak di Industri peralatan TV Kabel yang berpusat di Liverpool, New York yang kemudian membuka pabrik di Korea untuk mendapatkan upah buruh yang lebih murah. Pekerjanya kebanyakan adalah buruh wanita separuh baya dengan upah 80 sen/jam.
                Para buruh tersebut meminta untuk kenaikan upah sebesar $6.85 per hari dengan membentuk serikat buruh, kemudian pihak Pico menjanjikan akan mengabulkan permintaanya. Namun pihak Pico hingga waktu yang ditentukan tidak memenuhi permintaan tersebut, pihak menejemennya menghindari adanya pertemuan antara pihak serikat buruh dan manajemen.
                Kemudian para buruh berencana untuk mendatangi Kamar Dagang Amerika di Seoul, namun setelah sampai di sana ternyata pihak kantor tersebut sengaja meninggalkan kantor sebelum bertemu dengan para buruh.
                Para pekerja di Pico tidak pernah lagi melihat pihak manajemen mereka di Pico. Manajemen memutuskan untuk menutup pabrik di Korea dan kembali ke Amerika. Uang sebesar $350.000 yang merupakan hak para buruh atas pemutusan hubungan kerja akibat penutupan pabrik tidak pernah dibayarkan. Pico Korea Ltd menghindari melakukan pembayaran tersebut dengan memutuskan untuk keluar dari segala kegiatan operasional mereka di Korea.
                Etika yang dilanggar :
• Utilitarianisme : mengabaikan kesejahteraan pegawai, dengan memutuskan secara sebelah pihak tanpa membayar sesuai dengan kesepakatan
• Right : Kesepakatan tentang gaji buruh tidak dipenuhi oleh Pico
• Justice : Pico membangun pabrik baru di Korea Selatan untuk  mendapat upah buruh yang murah, namun setelah ada kesepakatan gaji ($6.85) Pico melarikan diri dari tanggung jawabnya.

Wednesday, December 4, 2013

Iseng - Iseng

bikin poster acara SMART CENTER Club


bikin poster HUMAN RESOURCE Community


bikin backdrop acara HR Com


iseng banget dah




jajal aja pokoknya

Resume Business Ethics - Making Moral Decision

Tugas Business Ethics 
Membuat Keputusan yang Bermoral
Buku: Business Ethics: A Global & Managerial Perspective
Penulis: David J. Fritzche
 
                Terdapat dua kondisi yang harus dimiliki menejer dalam melakukan proses pengambilan keputusan yaitu, kultur organisasi yang mendukung pengambilan keputusan yang beretika dan menejer harus menggunakan sarana untuk mengevaluasi dimensi etis dari keputusan.

A.      ORGANIZATIONAL CULTURE
                Kultur organisasi merupakan seperangkat asumsi, keyakinan, dan nilai-nilai yang telah dikembangkan dalam organisasi untuk mengatasi lingkungan eksternal dan internal. Menurut john Kotter dan James Hesket terdapat 2 level korporat, yaitu:
1.       Budaya yang telah melekat pada nilai-nilai yang dianut oleh anggota dalam organisasi, sehingga tidak mudah ditemukan oleh orang lain di luar organisasi, karena sudah merupakkan bagian dari organisasi.
2.       Norma yang mengatur kebiasaan individu-idividu dalam organisasi dalam kegiatan keseharianny. Contohnya aturan mengenai cara berbakaian,bahasa dan sikap.
                Kultur selalu berevolusi di seluh organisasi seiring dengan smakin berkembangnnya sebuah organisasi. Biasanya terjadi karena pengaruh perubahan kepemimpinan dalam organisasi. Nilai budaya juga memberikan panduan bagi perusahaan dalam mengintegrasikan lingkungan internal sebuah organisasi. 

B.      HIGH – PERFORMING CULTURE MENUNJUKKAN PERILAKU ETIS
                Nilai merupakan perilaku atau tujuan yang paling baik dari berbagai perilaku atau tujuan yang saling berlawanan. Etika bisnis merupakan proses mengevaluasi keputusan bisnis dengan menghargai standar moral dari suatu budaya. Budaya harus sesuai dengan lingkungan dimana perusahaan beroperasi, dan budaya tersebut harus mendorong dan memberdayakan menejer untuk menunjukkan kemampuannnya dalam mengubah keputusan yang berkaitan kepentingan shareholders.
                Beberapa karakteristik perusahaan yang memiliki high-performing :
-          Karakteristik budayanya memiliki: kultur korporat yang sangat kuat, budayanya sesuai dengan lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi, dan budayanya dapat membantu meramalkan perubahan kondisi lingkungan sehingga dapat melewati perubahan tersebut dengan baik.
-          Tekanan sistem nilai  memiliki:tulus dalam membeli perhatian dalam melakukannya, perhatian jangka panjang, dan penekanan pada integritas.
-          Corporate behavior :korporat dengan budaya high-performing merupakan organisasi yang dalam memsetiap kegiatannya selalu mengutamakan perilaku yang sesuai dengan etika.

C.      ETHICS TOOLS
        Dimensi sesuatu dipandang etis atau tidaknya memiliki batasan tingkat kinerja sehingga bila berada di bawah batas, maka si pembuat keputusan dapat menolak alternative tersebut. Sebuah keputusan dapat diterima atau ditolak karena alasan ekonomi, politik, teknologi, atau criteria social. 

D.      DISCUSSION SUPPORT MODEL
        Model ini melibatkan hypernorms dan community norms pada pengambilan keputusan. Sebelum membuat keputusan seorang menejer mengumpulkan informasi mengenai permasalahan dan alternative lain yang memungkinkan. Banyaknya informasi dan seberapa mendetailnya informasi yang dikumpulkan bergantung pada ketersediaan informasi dan jangka waktu yang tersedia dalam membuat keputusan.  Ketika terjadi konflik tentang community norm, manajer perlu menentukan aturan prioritas manakah yang harus diaplikasikan. Dengan menggunakan aturan prioritas yang sesuai, sebuah community norm dapat dikembangkan untuk digunakan dalam evaluasi alternative keputusan.
        Terdapat overriding factors secara spesifik yang dapat mengubah marginally acceptable alternative menjadi acceptable alternative. Pada beberapa kasus satu norma dapat menjadi lebih penting dari norma yang lain yang kemudian mengesampingkan penerimaan marginal. Overriding yang kedua disebut incapacitation, yang berarti bahwa seseorang tidak mampu untuk memilih alternative yang spesifik. Dikarenakan minimnya informasi atau karena koersi.

E.       KASUS PHAR – MOR INC.
        Phar Mor Inc. merupakan perusahaan retail terbesar di Amerika Seriat yang dinyatakan bangkrut pada Agustus 1992. Sehingga terpaksa menutup hampir separuh outletnya dan memulangkan banyak karyawannya. Pada masa kejayaannya Phar Mor mempunyai 300 outlet besar hampir diseluh negara bagian dan memperkerjakan 2.300 orang karyawan. Eksekutif pharm or inc secara sengaja melakukan fraud untuk mendapatkan financial yang masuk ke saku pribadi di jajaran top manajemen perusahaan.
        Dalam kasus Phar Mor ini disebutkan bahwa pengambilan keputisan tidak berdasarkan sikap yang fair. Terbukti dengan banyak nepotisme yang dilakukan dengan pembelian barang-barang untuk keperluan suppliers dilakukan dengan membeli dari orang-orang yang memiliki koneksi dengan para eksekutif atau direksi Phar Mor.
        Phar Mor menjadi general partner World Basket Ball League dan memiliki keuntungan 60% dari pendapatan tim. Sehingga apabila tim membutuhkan dana, maka akan selalu diusahakan oleh chief financial officer-nya. Dan biasanya dana yang didapatkan tersebut merupakan dana yang asal muasalnya diragukan.
        Dalam kasus Phar Mor, salah satu syarat agar internal audit bisa berfungsi, yaitu fungsi control environment tidak ada. Control environment sangat ditentukan oleh attitude dari manajemen. Idealnya, manajemen harus mendukung penuh aktivitas internal audit dan mendeklarasikan dukungan itu kesemua jajaran operasional perusahaan. Top manajemen Phar Mor, tidak menunjukkan attitude yang baik, karena kepemimpinan akan mempengaruhi cara pengambilan keputusan dan budaya yang terjadi dalam sebuah organisasi.
       

Resume Business Ethics - Ethics and Decision Making

Tugas Business Ethics 
Etika dan Pengambilan Keputusan
Buku: Business Ethics: A Global & Managerial Perspective
Penulis: David J. Fritzche

Pengambilan keputusan dalam bisnis sangat erat kaitannya dengan berlangsungnya bisnis tersebut. Sehingga di dalam pengambilan keputusan yang tepat tidak hanya dipertimbangkan dari segi keuntungan tetapi perlu juga dipertimbangkan dari segi etika yang terkandung di dalamnya.

A.      CIRI KEPRIBADIAN
Faktor yang memp[engaruhi etika seseorang adalah nilai pribadi, tahap-tahap perkembangan moral, dan persetujuan moral. 

B.      NILAI-NILAI
Etika terungkap melalui perilaku pembuat keputusan ketika memecahkan masalah bisnis yang muncul dari lingkungannya. Nilai merupakan kepercayaan yang mendasari seseorang dalam bertindak, sedangkan nilai etika merupakan keyakinan perspektif tentang apa yang “benar “ dan “salah”. 

JENIS-JENIS NILAI
Menurut Rokeach nilai terdiri dari nilai terminal yang mengacu pada konsepsi tentang tujuan ahir yang diinginkan, dan nilai instrumental yang mengacu pada keyakinan atau konsepsi keinginandari mode perilaku yang instrumental bagi tujuan yang diinginkan. 

NILAI PRIBADI MODERATOR
Sifat pribadi yang timbul sebagai moderator dalam pengambilan keputusan yaitu, kekuatan ego,  field dependence yaitu semakin banyak informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah masalah, kemudian locus of control  yaitu pemahaman individu tentang kontrol atas segala sesuatu, eksternal dengan percaya pada takdir, internal lebih percaya pada kekuatan sendiri.

C.      TAHAP PERKEMBANGAN MORAL
Lawrence Kohlbreg mengemukakan 6 tahapan perkembangan moral:
a.       Preconventional               : 1. Hak ditentukan oleh konsekuensi fisik, untuk menghindari hukuman
                  2. Tindakan yang melayani kebuituhan seseorang
b.      Conventional                     : 3. Tindakan yang mendapatkan persetujuan dari orang lain
  4. Tindakan yang mematuhi hukuman dan otoritas
c.       Postconventional             : 5. Lima tindakan yang diambil untuk mematuhi control social
  6. Tindakan yang didukung oleh prinsip universal
Jadi setiap orang harus mampu bertanggung jawab atas keputusan yang diambil, berdasarkan tahapan di atas.

D.      PERSETUJUAN MORAL
Individu memperoleh persetujuan moral dari orang lain atau diri sendiri untuk menghindari ketidak setujuan moral. Ada 4 komponen dari suatu tindakan yaitu, besarnya konsekuensi, kepastian kejahatan, tingkat keterlibatan dan tingkat takanan untuk memenuhi.

 STAKEHOLDER
                Merupakan kelompok-kelompok dan individu baik internal dan ieksternal perusahaan yang dapat memepengaruhi atau dipengaruhi oleh organisasi, yang memiliki peran dalam etika proses pengambilan keputusan.

BUDAYA ORGANISASI
                Budaya memiliki fungsi penting yaitu, memberikan identitas di antara anggota organisasi, mempromosikan komitmen anggota untuk sesuatu yang lebih besar bagi organisasi, memberikan stabilitas dari system social organisasi, dan menyediakan dasar pemikiran dan arah perilaku.

SIFAT ORGANISASI
                Aspek khusus dari budaya organisasi yang meningkatkan pemahaman kita tentang pengambilan kepuusan yang etis.

IKLIM ORGANISASI
Iklim organisasi atau suasana, dapat digali data dari persepsi individu yang ada dalam organisasi.

IKLIM ETIKA
Iklim etika dalam suatu organisasi memiliki dampak yang kuat pada pengambil keputusan dari masalah bisnis.

ASOSIASI DIFERENSIAL
Satu dimensi dari hubungan pengambil keputusan melibatkan sejauh mana anggota asosiasi organisasi berhubungan satu sama lain. 

KONFIGURASI PERAN
Peran adalah seperangkat yang menciptakan hubungan individu dengan orang lain karena status sosial-nya dalam organisasi tersebut.

TUJUAN ORGANISASI
Tujuan ini dapat diharapkan memberikan pengaruh yang kuat pada pengembangan kode etik perusahaan dan kebijakan pada perilaku manajemen.

KEBIJAKAN
Kebijakan harus dikenal oleh semua anggota organisasi, mereka mengatur perilaku etis yang apan berdampak kuat bagi pengambilan keputusan. 

STRUKTUR PENGAHARGAAN
Adanya komunikasi dan persyaratan untuk pemberian hadiah dan hukuman kemungkinan akan memiliki pengaruh signifikan terhadap etika dari pembuat keputusan.

PENGAMBIL KEPUTUSAN
Pengakuan masalah yang memerlukan tindakan memberikan kesempatan untuk memeriksa peran etika dalam pengambilan keputusan. 

MANAJEMEN MASALAH
Manajemen masalah harus mempertimbangkan komponen etika. Manajemen masalah secara umum dapat diklasifikasikan dalam strategik (komitmen jangka panjang) dan taktikal (penyebaran sumber daya dalam jangka pendek). 

KEPUTUSAN ALTERNATIF
Kumpulan alternatif solusi terdiri dari beberapa pertimbangan atas alternatif tersebut oleh pengambil keputusan. 

DIMENSI KEPUTUSAN
Sekali kumpulan alternatif keputusan telah ditetapkan, masing-masing dievaluasi berdasarkan kriteria yang relevan, seperti ekonomi, politik, teknologi, sosial, dan etika.

E.       KASUS CHRYSLER DISCONNECTED ODOMETERS
Chrysler merupakan sebuah perusahaan mobil Amerika Serikat yang belakangan ini dua petingginya didakwa atas kasus odometer pada mobil baru dan testing truck yang digunakan untuk keperluan pribadi. Selama digunakan mobil tersebut odometernya di putus, dan dikembalikan ke sambungan untuk dijual lagi sebagai mobil baru. Kejadian tersebut berlangsung lebih dari 38 tahun, bahkan beberapa mobil dipacu hingga menempuh 400 mil. Pemerintah melakukakn penyelidikan dan terbukti 60.000 mobil telah terlibat praktek ini, namun Vice Presiden tetap membantah.
Kemudian dilakukan penyelidikan, dan Chrysler memberlakukan aturan baru mengenai pengujian kendaraannya. Pihak Chrysler (Lee Iacocca) menyatakan bahwa  kasus tersebut bukan merupakan pneyesusaian hokum, tetapi mengenai integritas pelayanan terhadap produk.